Setiap pagi, aroma ikan tenggiri dan tepung sagu menyeruak dari dapur kecil di rumah bercat kuning cerah itu. Di balik kepulan uap, tampak seorang perempuan berhijab abu-abu sibuk menyusun pempek frozen yang siap dikirim ke berbagai kota hingga mancanegara. Dialah Ibu Eka, pengusaha pempek asal Palembang yang tak pernah menyangka bahwa pempek buatannya kelak terbang sampai ke Amerika, Malaysia, Jepang, hingga Turki.
Perjalanan dari Usaha Rumahan hingga Berlegalitas Lengkap
Usaha yang dimulai pada 2011 itu tumbuh dari pesanan kecil di lingkungan sekitar. Setiap bertambah pelanggan, semakin besar pula tekad Ibu Eka untuk memperbaiki kualitas produknya. Ia mempelajari satu per satu perizinan mulai dari Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Sertifikat Halal, Standar Nasional Indonesia (SNI), Good Manufacturing Practice (GMP), dan Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP) dari Kementerian Perikanan.
“Awalnya cuma jualan di rumah, tanpa legalitas apa pun. Pelan-pelan saya urus satu per satu,” kenangnya sambil tersenyum kecil mengingat perjalanan awal membangun usaha yang menjadi tumpuan keluarga.
“Legalitas itu penting. Dari halal itu menjamin bahan bakunya halal, jadi konsumen nggak ragu lagi,” ujarnya.
Baginya, label halal bukan hanya formalitas, tetapi jaminan bahwa setiap bahan dan prosesnya bersih serta dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk urusan sertifikasi halal, Ibu Eka mengaku sempat kurang memahami bagaimana cara mengurusnya. Beruntung ia mendapat pendampingan dari seorang Pendamping Proses Produk Halal (P3H) dari Lembaga Pendamping Proses Produk Halal (LP3H) Halal Center UIN Raden Fatah Palembang. Program Sertifikasi Halal Gratis (Sehati) dari BPJPH juga sangat membantunya mendapatkan sertifikasi halal dengan mudah dan cepat.
“Meskipun sudah sertifikat halal, prosesnya tetap harus halal. Karena perjanjian itu sama Allah,” ucapnya lembut. Ia pun sering mengingatkan karyawannya agar kebersihan dan kehalalan selalu dijaga dalam setiap tahap produksi.
Keunggulan Komposisi
Keunggulan pempeknya terletak pada komposisi ikan yang dominan, membuat cita rasanya lebih kuat dan autentik. Proses vacuum dan frozen sejak awal produksi memastikan ketahanan produk tetap terjaga untuk pengiriman jarak jauh.
“Dari satu kilogram adonan biasanya dapat 70–75 potong. Karena pempek ini lebih banyak ikan daripada tepung,” katanya.
Tak hanya soal rasa, ia juga memperhatikan penampilan. Ibu Eka membuat kemasan elegan dengan tas aluminium foil berlogo,. Selain lebih aman, kemasan produk terlihat lebih premium.
Dari Palembang Terbang ke Amerika
Perjalanan ekspor pempeknya bermula dari seorang teman yang membawa beberapa bungkus pempek ke Amerika Serikat sebagai oleh-oleh. Awalnya hanya beberapa bungkus, namun setelah dicoba banyak orang di sana, jumlah pesanan melonjak. “Berikutnya dia beli sampai enam puluh kilogram,” ujarnya.
Sejak saat itu, pesanan berdatangan dari New Jersey, Michigan, Malaysia, Jepang, hingga Turki.
Kini dapur Ibu Eka tak pernah sepi. Setiap hari, antara lima hingga dua puluh kilogram pempek diproduksi untuk dikirim ke berbagai daerah, baik secara langsung maupun melalui pesan singkat. “Orangnya cukup WA, saya kirim ke hotel atau ke Jakarta. Semua via transfer,” katanya dengan rasa haru melihat perkembangan usahanya.
Meski pempeknya kini dikenal luas hingga luar negeri, Ibu Eka tetap sederhana. Baginya, kesuksesan bukan sekadar omzet, tetapi rasa syukur bahwa hasil kerja kerasnya dapat membawa cita rasa Palembang melanglang buana.
Hingga awal Oktober 2025 lalu, usaha Ibu Eka masih berdiri di dapur produksi ruamahnnya yang sama, di kawasan Ario Kemuning, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Ia memanivestasikan cinta sebagai produsen kepada konsumen produknya dengan terus menjaga kualitas dan kehalalan produk yang ia tuangkan pada setiap potongan pempek racikannya. []
Cerita sukses produk bersertifikat halal adalah inspirasi bagi UMKM di seluruh Indonesia untuk naik kelas dan berdaya saing di pasar halal global yang potensi ekonominya terus berkembang dan sangat menjanjikan
